Chip jamaah haji belum bisa digunakan, Pemerintah Indonesia belum bisa untuk menggunakan kepingan khusus (chip) yang merupakan alat pendeteksi lokasi jamaah haji tahun ini. Rencana itu tidak termasuk dalam pembahasan yang sedang dibicarakan antara Kementerian Agama dan Komisi VIII DPR RI tentang biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) pada beberapa waktu lalu.

Chip Jamaah Haji Belum Bisa Digunakan

"Soal itu tidak masuk dalam agenda pembahasan, pertimbangannya karena nantinya harga yang dibutuhkan untuk setiap jamaah/seorang sangat mahal sehingga jika diterapkan saat ini akan menghabiskan banyak anggaran, jadi chip jamaah haji belum bisa digunakan," jelas Nur Syam yang merupakan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama.

Dia menyebut bahwa usulan untuk penggunaan chip pendeteksi lokasi muncul setelah terjadinya insiden Mina pada tahun 2015 lalu. Alhasil, sebelum pelaksanaan haji 2016 telah berkembang wacana tersebut bahwa pemerintah ingin melengkapi jamaahnya dengan menggunakan alat pendeteksi untuk memudahkan dalam pencarian. Namun, untuk tahun ini chip jamaah haji belum bisa digunakan.

Namun Nur juga mengakui untuk dua tahun terakhir ini, rencana tersebut belum bisa untuk direalisasikan. Selain faktor anggaran yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, adapun penyebab lainnya yaitu masih ada beberapa konten chip yang belum dapat dipenuhi oleh perusahaan yang melakukan penawaran.

Melihat perkembangan pada saat ini, Syam berargumen untuk penggunaan chip di musim haji 2017 ini tidak terlalu mendesak. Namun, dirinya tetap berharap penggunaan chip dapat direalisasikan di tahun-tahun yang akan datang.

"Mudah-mudahan dengan melihat kondisi dalam tingkat urgensi, tahun depan sudah bisa dilakukan. Tentunya, akan diujicobakan terlebih dahulu kepada jamaah yang lanjut usia," jelas dia. Dari uji coba tersebut nantinya kita dapat mengetahui tingkat manfaat dari penggunaan chip pendeteksi lokasi.

Teknologi tersebut, kata dia, akan mampu mendatangkan beberapa manfaat yang diperoleh diantaranya untuk dapat mengetahui keberadaan jamaah haji di masing-masing daerah kerja (daker) ketik terjadi masalah, dengan alat itu akan memudahkan pemantauan. Nur menyebutkan saat terjadi situasi yang darurat, chip yang digunakan akan tersambung langsung dengan pusat pemantauan.

Meski belum menggunakan chip seperti yang akan diuji cobakan Malaysia pada  tahun ini, Kemenag akan terus berusaha untuk memaksimalkan peran tim pendamping dan panitia haji. "Ada banyak yang didayagunakan untuk dapat melakukan pemantauan. Saya rasa dengan cara ini mudah-mudahan pemantauan jamaah bisa berjalan dengan lancar," jelas Nur.