Sa’i Dalam Ibadah HajiSa’i adalah salah satu rukun haji dan umrah yang dilakukan dengan berjalan kaki atau berlari-lari kecil dengan bolak balik sebanyak 7 kali mulai dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan begitupun sebaliknya. Kedua bukit tersebut satu sama lainnya itu berjarak sekitar 405 meter. Pada saat melintasi Bathnul Waadi yakni sebuah kawasan yang terletak diantara kedua bukit tersebut, saat ini bukit itu telah ditandai dengan lampu neon warna hijau. Bagi jamaah laki-laki disunatkan untuk berlari-lari kecil. Sedangkan, perempuan dengan berjalan. Ibadah sa’i itu boleh dilakukan dalam keadaan yang tidak berwudhu dan oleh perempuan yang sedang datang haidh atau nifas.

Sa’i Dalam Ibadah Haji Untuk Mengenang Sejarah

Setiap manusia memiliki kewajiban untuk selalu berusaha dan apapun hasil yang diperoleh serahkan saja kepada Allah SWT. Ini adalah salah satu perjuangan yang dilakukan oleh Siti Hajar. Saat itu hajar berusaha mencari sumber air dengan berlari-lari dari satu bukit ke bukit lainnya tanpa mengenal lelah. Usahanya itu tidak sia-sia Hajar pun tiba-tiba terkejut dengan munculnya air yang ada di samping putranya Ismail. Dari kejadian itulah awal adanya sa’i dalam ibadah haji.

Sejarah asal muasal sa’i dalam ibadah haji, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan istrinya Siti Hajar dengan Ismail yang saat itu usia nya masih bayi di sebuah gurun yang tandus. Tak ada sedikit pun makanan dan minuman. Namun, dari sinilah pada akhirnya berdirinya kota Makkah yang saat ini sudah ramai dikunjungi oleh umat Muslim pada setiap tahunnya. Kemudian, Nabi Ibrahim berangkat dan istrinya pun bertanya “Kemanakah Anda akan pergi dan mengapa Anda meninggalkan kita berdua di lembah ini, tanpa ada seorang pun dan persediaan makanan dan minuman sedikitpun”. Nabi Ibrahim sama sekali tidak menoleh kepadanya.

Kemudian, Siti Hajar pun kembali berkata: “Adakah Allah SWT yang memberikan perintah Anda untuk berbuat semacam ini? Ibrahim a.s. pun menjawab: “Ya”. Hajar berkata: “Kalau memang seperti itu, pasti Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan nasib kita.” Siti Hajar kembali ke tempat semula. Ibrahim a.s. berangkatlah, sehingga sewaktu beliau sudah sampai di Tsaniyah, suatu tempat yang sudah tidak terlihat lagi oleh istri dan anaknya, kemudian beliau menghadap ke arah kiblat dengan wajahnya ke Baitullah dan sambil berdo’a.

Nabi Ibrahim sudah membekali makanan dan minuman untuk istri dan anaknya. Siti Hajar menyusui Ismail dan minum dari air yang ditinggalkan itu. Sehingga suatu ketika persediaan itu telah habis, lapar dan haus pun melanda keduanya. Siti Hajar melihat Ismail yang berguling-guling di tanah sambil memukul-mukulkan dirinya di atas tanah. Karena, sudah tidak tahan lagi dengan keadaan anaknya itu, Siti Hajar melihat di sekelilingnya ada Bukit Shafa dan Bukit Marwah. Ia pun pergi ke puncak Bukit Shafa dengan harapan ada orang yang lewat.

Selanjutnya, Siti Hajar turun dari Bukit Shafa, dan menuju ke Bukit Marwah, Ia pun sambil mengangkat gamis yang dikenakannya itu, kemudian berlari-lari kecil hingga sampai ke lembah lalu mendatangi Bukit Marwah dan berdiri diatas bukitnya, sambil menengok ke kanan dan kiri  mungkin saja ada orang yang lewat, tapi tidak ada. Sehingga, Hajar mengerjakan hal yang sama itu sebanyak tujuh kali bolak-balik antara Shafa dan Marwah.

Maka dari itu, para manusia dalam melaksanakan ibadah haji meneladani kelakuan Siti Hajar tersebut, dengan melakukan sa’i yakni berlari-lari kecil antara kedua bukit itu.

Ismail ditinggalkan oleh ibunya namun tidak berani terlalu jauh, hingga pada akhirnya beliau hanya bisa bolak-balik ke Bukit Shafa dan Bukit Marwah hingga  tujuh kali. Namun, saat itu Ismail menangis kemudian menghampirinya. Di dekat Ismail ada malaikat yang menjejakan kakinya ke bumi. Nah, dari sanalah keluar air segar yang kini kita kenal dengan air Zamzam. kemudian, Siti Hajar pun menciduk air Zamzam tersebut dengan menggunakan kedua tangannya dan diletakkan ke wadah air sehingga Ismail dapat minum air tersebut dan berhenti menangis.

Atas kejadian itulah, daerah disana pun menjadi subur. Kabilah Arab yang lewat dari suku Jurhum pada akhirnya meminta izin kepada Siti Hajar agar dapat tinggal di tempat tersebut. sejak itulah, daerah yang asal mulanya itu tandus terus berkembang hingga menjadi kota Makkah yang kita kenal saat ini. Kota Makkah banyak dikunjungi oleh puluhan juta umat Muslim pada setiap tahunnya untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Air Zamzam pun hingga kini pun tetap mengalir dan tidak akan habis meski ratusan dan bahkan milyaran orang telah meminumnya selama  ribuan tahun. baca lainnya >> umroh akhir ramadhan murah | umroh akhir ramadhan murah 2018